Wali Kota Jakarta Barat, Uus Kuswanto, menjelaskan bahwa penyebaran nyamuk tersebut dilakukan dengan cara menitipkan ember berisi telur nyamuk yang telah terinfeksi bakteri wolbachia kepada masyarakat setempat.
"Di Jakarta Barat, terdapat 1.185 orang yang bersedia menerima ember berisi telur nyamuk yang terinfeksi wolbachia. Mereka ini disebut sebagai orang tua asuh bagi telur nyamuk tersebut," ujar Uus saat berbicara kepada para wartawan dalam acara pelepasan.
Menurut Uus, wilayah Kembangan dipilih sebagai lokasi pelepasan nyamuk wolbachia karena tingginya angka kasus demam berdarah di daerah tersebut.
Dia juga menambahkan bahwa nilai gotong royong yang kuat di Kembangan membuat wilayah ini dianggap ideal untuk program penyebaran nyamuk wolbachia.
"Alasan lainnya mengapa Kembangan dipilih sebagai lokasi adalah karena daerah ini mencatatkan angka kasus demam berdarah tertinggi pada tahun 2023, dengan insiden mencapai 54,1 per 100 ribu penduduk," jelas Uus.
Pada kesempatan yang sama, Kemenkes mengingatkan masyarakat untuk tetap menjaga langkah-langkah pencegahan penyebaran nyamuk penyebab demam berdarah meskipun telur nyamuk yang mengandung wolbachia telah disebar.
"Kita tidak bisa mengandalkan teknologi ini sepenuhnya jika PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) tidak dilaksanakan. Kami tetap berharap gerakan satu rumah satu Jumantik terus berjalan," kata Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Yudi Pramono.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana untuk kembali melakukan pelepasan nyamuk Aedes aegypti yang telah terinfeksi bakteri Wolbachia. Rencananya ini tengah dalam tahap persiapan sebelum dilaksanakan. Namun, banyak yang bertanya, apa yang terjadi jika seseorang digigit oleh nyamuk yang membawa Wolbachia?
Penyebaran pertama dijadwalkan akan berlangsung di Jakarta Barat. Meski begitu, hingga saat ini belum ada tanggal pasti kapan nyamuk-nyamuk tersebut akan dilepaskan.
"Lokasi pertama akan dimulai di Jakarta Barat, tepatnya di Kecamatan Kembangan. Saat ini, semuanya masih dalam tahap persiapan. Jika seluruh aspek sudah siap, termasuk keterlibatan masyarakat, kami baru akan melanjutkan pelepasan nyamuk," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ani Ruspitawati di Jakarta, Senin (10/6), dikutip dari Antara.
Wolbachia adalah bakteri alami yang ditemukan pada sekitar 60 persen spesies serangga. Bakteri ini dimasukkan ke dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti, yang biasa menjadi pembawa virus demam berdarah.
Menurut klaim, penyebaran nyamuk ber-Wolbachia dapat mengurangi angka perawatan pasien demam berdarah hingga 70 persen. Artinya, Wolbachia memiliki potensi untuk menurunkan tingkat keparahan penyakit demam berdarah.
Apa yang Terjadi Jika Digigit Nyamuk Ber-Wolbachia?
Profesor Adi Utarini, peneliti utama dalam riset mengenai nyamuk ber-Wolbachia di Yogyakarta, menjelaskan bahwa gigitan nyamuk ini bisa mengurangi gejala demam berdarah dan menurunkan risiko infeksi virus dengue.
Meskipun nyamuk Wolbachia membawa banyak manfaat dalam hal pencegahan demam berdarah, gigitan nyamuk ini masih bisa memicu beberapa efek ringan, serupa dengan gigitan nyamuk biasa. Berikut beberapa efek sampingnya:
Rasa Gatal
Seperti gigitan nyamuk pada umumnya, setelah digigit oleh nyamuk ber-Wolbachia, Anda mungkin akan merasakan rasa gatal di area gigitan. Reaksi ini terjadi sebagai respons alami tubuh terhadap gigitan serangga.
Bentol
Selain gatal, gigitan nyamuk Wolbachia juga dapat menimbulkan bentol pada kulit. Meski begitu, tidak semua orang akan langsung mengalami bentol setelah digigit nyamuk ini.
Kemerahan
Pada sebagian orang, gigitan nyamuk Wolbachia dapat menyebabkan munculnya bintik merah pada permukaan kulit. Namun, efek ini bervariasi pada setiap individu dan tidak selalu terjadi.
Secara keseluruhan, efek samping yang muncul dari gigitan nyamuk Wolbachia tidak berbeda jauh dengan gigitan nyamuk biasa, dan manfaatnya dalam mengurangi risiko demam berdarah dianggap jauh lebih besar.
Gencarnya pembicaraan tentang nyamuk Wolbachia membuat Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, meminta Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta untuk melakukan sosialisasi yang lebih intensif kepada masyarakat. Hal ini bertujuan agar masyarakat memahami secara jelas tentang program penyebaran nyamuk Wolbachia dan tidak terpengaruh oleh informasi yang salah atau viral di media sosial.
"Dinas Kesehatan perlu menyampaikan informasi yang tepat terkait maraknya diskusi publik tentang nyamuk Wolbachia," ujar Heru di Jakarta Timur pada Jumat (24/11).
Heru menekankan pentingnya memberikan penjelasan yang akurat kepada masyarakat seiring dengan rencana pelepasan nyamuk Wolbachia di wilayah Jakarta Barat. Menurutnya, penyuluhan ini diperlukan untuk mencegah kesalahpahaman yang dapat menyebar melalui media sosial.
"Sampaikan pengertian yang jelas dan benar mengenai hal ini, agar tidak terjadi viral di media sosial yang berujung pada kesalahpahaman," tambahnya.
Heru juga menyoroti bahwa media sosial telah dipenuhi dengan berbagai pertanyaan mengenai nyamuk Wolbachia. Oleh karena itu, penting bagi Dinkes untuk segera merespons kekhawatiran masyarakat.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) sendiri telah mengumumkan rencana pelaksanaan proyek percontohan untuk penyebaran nyamuk Wolbachia sebagai upaya menekan angka kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di lima kota yang tersebar di lima provinsi.
Lima kota yang akan menjadi lokasi proyek ini adalah Jakarta Barat (DKI Jakarta), Bandung (Jawa Barat), Semarang (Jawa Tengah), Bontang (Kalimantan Timur), dan Kupang (Nusa Tenggara Timur).
Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat, Erizon Safari, memastikan bahwa persiapan yang diperlukan untuk penyebaran nyamuk Aedes Aegypti yang telah disuntik bakteri Wolbachia telah berjalan. Persiapan ini meliputi pelatihan petugas di lapangan, termasuk staf puskesmas dan pihak kelurahan, yang akan terlibat dalam pelaksanaan program tersebut.
Salah satu wilayah yang dipilih untuk menjadi lokasi pelepasan nyamuk Wolbachia di Jakarta Barat adalah Kembangan. Koordinator Juru Pemantau Jentik (Jumantik) di kawasan Kembangan Utara, Maharani, mengungkapkan bahwa telah ada 11 titik yang disiapkan sebagai lokasi penempatan telur nyamuk Wolbachia. Salah satu titik tersebut berada di Jalan H Mandor Ramin.
Dengan adanya sosialisasi yang tepat dari Dinas Kesehatan, diharapkan masyarakat dapat lebih memahami tujuan dan manfaat dari penyebaran nyamuk Wolbachia ini. Program ini bukan hanya sebagai langkah untuk menekan penyebaran DBD, tetapi juga sebagai upaya preventif jangka panjang yang bisa memberikan dampak signifikan dalam penurunan kasus demam berdarah di Jakarta dan kota-kota lainnya.
Program penyebaran nyamuk Wolbachia ini adalah bagian dari strategi kesehatan nasional dalam memerangi penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Bakteri Wolbachia, yang secara alami ada pada sekitar 60% serangga, ditransfer ke tubuh nyamuk tersebut dengan tujuan mengurangi kemampuan nyamuk dalam menularkan virus dengue yang menyebabkan DBD.
Di samping pelaksanaan proyek ini, peran aktif masyarakat melalui partisipasi dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) tetap menjadi kunci utama untuk mencegah penyebaran DBD. Masyarakat diharapkan untuk terus melakukan tindakan pencegahan dengan menjaga kebersihan lingkungan, menguras bak mandi secara rutin, serta memastikan tidak ada genangan air yang bisa menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.
Dengan sosialisasi yang baik, diharapkan penyebaran nyamuk Wolbachia ini dapat diterima dengan baik oleh masyarakat dan mampu menurunkan kasus demam berdarah secara signifikan di Jakarta dan wilayah lainnya.